Razer Kraken 7.1 Chroma

Pembuat perangkat multimedia ternama, Razer telah mengumumkan lewat rilis produk kepada pers produk audio terbaru, Razer Kraken 7.1 Surround Sound USB gaming headset, yang diyakini akan disukai dan memanjakan kuping pengguna para gamers.

Razer Tiamat 7.1

Headset razer tiamat termasuk salah satu deretan headset berkualitas yang ada di pasaran. Headset ini merupakan produk terbaru Razer dengan fitur-fitur berkualitas.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sunday, February 8, 2015

Razer Kraken 7.1 Headset Review


Pembuat perangkat multimedia ternama, Razer telah mengumumkan lewat rilis produk kepada pers produk audio terbaru, Razer Kraken 7.1 Surround Sound USB gaming headset, yang diyakini akan disukai dan memanjakan kuping pengguna para gamers.
Tentunya kualitas yang ditawarkan pastilah dilengkapi dengan ketajaman suara virtual surround yang disebut-sebut Digitimes, akan mampu mengolah audio latency ultra-rendah serta mensimulasikan 360 derajat kontrol suara surround yang biasanya dicapai hanya dengan memasukkan lebih dari satu driver posisi pembicara di tiap daun telinga penggunanya, menurut sumber dari Razer.
Tak hany itu dengan disokong konfigurasi aplikasi Sinaps 2.0, headset audio ini mampu dikustomisasi dalam tingkat tinggi, memungkinkan gamer untuk men-tweak dan secara khusus mengatur posisi setiap channel surround sound, meningkatkan tingkat bass dan menyeimbangkan suara suara yang masuk.
Dilepas ke pasar recara resmi Headset ini dibanderol dengan harga 99,99 USD atau kisaran Rp. 900 ribuan. Yang unik lainnya perangkat membawa fitur The omni-directional mikrofon digital (opstimalisasi algoritma), menjanjikan kualitas jernih sebening kristal voice chat dan menawarkan responsifitas  frekuensi, sensitivitas dan rasio signal-to-noise dari mikrofon analog standar, juga memiliki tombol mikrofon mute dan LED indikator.

Razer Deathadder Chroma Mouse Review


Razer menyegarkan mouse gaming DeathAdder Chroma yang kini hadir dengan beberapa pembaruan. Selain menyajikan desain ergonomis pendahulunya, DeathAdder Chroma kini dilengkapi dengan sensor optikal 10.000 DPI yang mampu mendeteksi jarak angkat (lift-off distance) hingga 1 mm di kebanyakan permukaan termasuk meja kaca. Pembaruan sensor juga memungkinkan kecepatan pergerakan mouse hingga 200 inci per detik dengan akselerasi 50 G.
Saat digunakan bersama Razer Synapse & Heatmaps, DeathAdder Chroma menyediakan informasi lengkap kepada gamer seperti waktu bermain game, berapa kali tombol yang ditekan, dan jarak pergerakan mouse. Razer melengkapi DeathAdder Chroma dengan lima tombol Hyperesponse yang bisa diprogram serta Ultrapolling 1000 Hz.
Seperti BlackWidows Chroma dan Kraken 7.1 Chroma, DeathAdder Chroma menyediakan 16,8 juta pilihan warna yang bisa dikustomisasi dan beragam efek melalui seting hardware berbasiskan cloud Razer Synapse. Razer DeathAdder Chroma ditawarkan dengan banderol harga yang disarankan Rp. 1,1 juta.

Razer Tiamat 7.1

Headset Razer Tiamat, Headset Terbaru Yang Hadir Dengan Fitur 7.1 Surround Sound
Headset merupakan salah satu perangkat penting, terutama bagi pecinta musik dan game karena headset memungkinkan seseorang untuk mendengarkan suara dengan nyaman tanpa menganggu orang lain. Jenis headset saat ini memang sangat beragam dan tiap jenis menghadirkan kualitas suara yang berbeda – beda. Bagi para pecinta musik, Anda tentu menginginkan headset dengan kualitas suara yang bagus sehingga membuat Anda merasa lebih puas saat mendengarkan efek - efek game yang Anda mainkan. Headset razer tiamat termasuk salah satu deretan headset berkualitas yang ada di pasaran. Headset ini merupakan produk terbaru Razer dengan fitur-fitur berkualitas. Lalu, apa saja sebenarnya keunggulan dari headset yang satu ini?
Desain dan Fitur
Jika dilihat dari desain luarnya, Razer telah menunjukkan kepiawaiannya dalam mengemas headset ini. Headset ini dikemas dengan kotak besar yang berwarna hitam elegan dan dilapisi lagi dengan lapisan tambahan. Di bagian luarnya, juga terdapat tampilan headset razer tiamat dan ringkasan beberapa fitur Tiamat itu sendiri. Di bagian dalam kotak ini, Anda akan mendapati headset Tiamat yang megah. Headset ini memiliki berat yang sedang yaitu tidak berat dan tidak ringan. Di bagian headband-nya dilapisi dengan lapisan kulit dengan logo khas Razer. Sementara itu, bagian ear-cup nampak begitu nyaman saat digunakan.
Jika melihat bagian rangka headset-nya, Anda mungkin akan kecewa karena terbuat dari plastik. Namun, jangan berburuk sangka dahulu karena plastik yang digunakan oleh Razer ini merupakan plastik dengan kualitas terbaik sehingga ringan dan kuat. Untuk ear-cup, pada bagian luarnya dilapisi oleh plastik semi transparan sehingga Anda dapat melihat apa yang sedang terjadi di dalam saat sedang diaktifkan.
Di bagian bawah juga terdapat logo Razer berwarna hijau terang dan sekaligus berperan sebagai tanda yang menunjukkan jika headset ini sudah aktif. Jika Anda merasa kurang puas dengan cover ear-cup pada headset ini, Anda tidak perlu khawatir karena Razer telah menyediakan cover ear-cup warna hitam yang dapat digunakan untuk menutup bagian plastik tersebut. Salah satu fitur yang hadir bersama dengan headset razer tiamat ini adalah microphone yang juga menjadi fitur andalan headset ini. Microphone terletak di earphone sebelah kiri. Anda hanya perlu menariknya keluar jika ingin menggunakan microphone. Fitur-fitur lain pada headset ini diantaranya adalah kontroller yang juga menjadi mixer.
Performa
Saat h headset razer tiamat ini dipakai untuk main game selama beberapa jam, headset ini masih terasa nyaman. Kontroller pada headset ini digunakan untuk mengatur suara sekaligus berperan sebagai mixer. Dari kontroller ini, Anda bisa mengatur semua hal yang berkaitan dengan suara untuk memastikan bahwa headset ini dapat memenuhi kebutuhan Anda seperti pengaturan bass,treble, volume, dan menu lain bisa diatur di sini. Pada bagian bawah, Anda akan melihat tiga tombol untuk mematikan microphone dan memindahkan suara dari stereo menjadi 7.1 surround sound. Razer sudah memberi tanda lampu berwarna hijau untuk menandai tingkat suara yang sedang Anda dengarkan.
Kualitas dari 7.1 surround sound dari headset razer tiamat ini memang sudah tidak perlu diragukan lagi. Namun, kualitas suara Tiamat ini juga sangat bergantung pada kualias soundcard yang Anda gunakan di komputer. Jika Anda menggunakan soundcard yang kualitasnya kurang bagus, maka suara yang dihasilkan oleh headset ini juga akan biasa-biasa saja. Namun, jika Anda memiliki soundcard yang bagus atau bahkan sudah mendukung 7.1 surround sound, maka Anda sudah pasti dapat menikmati suara dengan kualitas terbaik dari headset ini.
Setup
Untuk mulai menggunakan headset ini dan merasakan bagaimana kualitas suara headset razer tiamat ini, Anda hanya perlu menghubungkan headset ini dengan port 3.5 mm pada PC Anda. Setelah itu Anda dapat mengontrol suara pada kontroller atau mengubah kualitas suaranya menjadi 7.1 surround sound.
Audio dan Sound
Untuk microphone-nya, saat digunakan untk Skype atau in-game chat suaranya lumayan jernih dan tidak pecah – pecah. Namun, jika digunakan untuk menyanyi, suaranya kurang begitu bagus. Hal ini disebabkan karena kualitas microphone yang digunakan pada headset ini termasuk microphone yang biasa - biasa saja. Untuk kualitas suara headset, suaranya sangat tajam dan jelas. Semua efek yang terdapat pada game dapat terdengar dengan jelas sehingga kualitas suara pada headset razer tiamat ini patut untuk mendapat acungan jempol.
Headset Mode
Saat headset ini digunakan, headset ini memang sangat nyaman karena memiliki ear-cup yang dirancang khusus. Selain itu, ear cup pada headset razer tiamat ini juga dapat meredam suara dari luar sehingga Anda semakin nyaman untuk bermain game maupun mendengarkan lagu – lagu favorit Anda.
Bluetooth
Headset Tiamat ini merupakan headset yang langsung dihubungkan dengan perangkat komputer sehingga tidak dilengkapi dengan fitur bluetooth. Headset ini sudah dilengkapi dengan kabel yang cukup panjang untuk memastikan Anda bisa tetap nyaman saat menggunakan headset razer tiamat

Monday, February 2, 2015

Dead Island

The setting is the sun-bleached resort island of Banoi, with a mysterious outbreak of zombism ruining everyone’s vacation. The initial tone is unusual and refreshing in its inherent contradiction: everything is beautiful and tranquil (and banal with its corny resort decorations), but danger oozes through the tranquility. Zombies aren’t exactly everywhere, at least in the traditional sense – there aren’t vast hordes of them like in Dead Rising. That’s because these zombies are not fodder for your machetes, baseball bats, and meat cleavers. Each one can deal significant damage and take plenty of it in turn, so a group of four zombies can put you in a world of hurt quickly. It means that when you’re traversing the peaceful resort you’ll be snapping your head around like a nervous deer at every moan and groan, and the zombies have a habit of hiding behind shrubbery until you’re right on top of them – a smart design element that circumvents the problem of a sunny setting revealing all before your eyes.
It will dawn on you early in the game that what you’re playing isn’t quite like anything you’ve played before. Sure, the game cobbles together ideas from numerous sources, but the whole feels new, and you always feel like you’re playing Dead Island rather than an imitator: it’s not just Left 4 Dead combined with Far Cry with a sprinkling of Dead Rising. While the basics of the melee combat may be reminiscent of The Chronicles of Riddick: Escape from Butcher Bay or the Condemned series, the rhythm and pacing of it doesn’t feel quite like those other games, and there are significant additions, like weapon throwing, which make the combat truly unlike what most games make boringly familiar.
One of Dead Island’s great strengths is that it wants to surprise you, but it’s patient – it’s not concerned with grabbing you and constantly shaking you with novelty, saying “Hey! Look at me! Pay attention to the millions of things I’m throwing at you!” Not that I don’t like rapid-fire ideas: Mario Galaxy is one of my favorite games of all time precisely because it never lets up with new things to show you. Dead Island just happens to understand the satisfaction of a slow burn. It also understands that surprises increase in effect when you’re first lulled into a state of familiarity. The game takes its sweet time letting you think you know what it plans for you, and then it changes dramatically. You’ll be sure you’re going to spend the whole game in a sunny beachside resort, but then the setting changes to something much darker and more threatening (which I won’t give away). The game also gradually surprises with its character progression.
Above: Guns do exist in Dead Island, but the ways in which you acquire them may surprise you
The four playable characters seem quite similar early on, but over time they diverge until each one feels very different. Sam B, the blunt weapons expert with the most health, has a plodding, crunching, in-your-face style that becomes increasingly gruesome and brutal until you’re one-shotting zombies with a swing of a sledgehammer and watching their heads explode in a wonderful shower red jelly and brains. Xian is the sharp weapons specialist, which means she’s agile and performs ridiculously rapid stabs with various knives, so if you like the idea of turning zombie faces into Swiss Cheese, she will be appealing. Purna is the firearms expert, and due to the game’s overarching design, she has the potential to change the most in her playstyle: for many hours you won’t come across a single gun, so you’ll have to rely on melee combat for quite a while and you’ll be wondering why the hell you picked a firearms expert in a game with no firearms. The beautiful thing is that later on, guns become plentiful, so if you play as Purna, the game will suddenly change from a melee combat game to a first-person shooter – but only if you want, because you can still use a combination of melee and firearms if you wish.
While I dabbled with all four characters, I played through the game as Logan, the throwing expert, because he sounded like a particularly unusual way to play a zombie game, and I wasn’t disappointed. I mean, have you ever played a first-person thrower? I sure haven’t, so it was a great change of pace from most games I normally play: I spent a huge portion of the game throwing axes, baseball bats, knives, sickles, and even katana swords at zombies. Throwing can actually be done by any character, and is an extremely powerful and important part of your arsenal of moves, but I’ll bet a lot of non-Logan players will probably forget to use the throw or not realize its potential. Keeping zombies at a distance has obvious benefits, but throws also don’t degrade weapons, which means if you don’t ever throw weapons, you’ll be repairing them a lot.
Above: Other survivors provide quests, and some of them have interesting, funny, or (almost) touching stories to tell
A character’s skill trees change how you play as you progress. At first, I couldn’t afford to throw weapons much because I only had a few weapons and after a few throws I’d be defenseless. Each character has three skill trees: Fury, Combat, and Survival. I chose to level up Survival first, and it allowed me to start throwing like a madman early on. I purchased skills that increased my inventory, giving me more stuff to throw, but I also got the Boomerang skill, which provides a percentage chance that any throw will return the weapon to your hand. After a while, I could literally make 20-30 throws in a row before I ran out of weapons. It was hilarious after beating a Thug zombie, which takes boatloads of damage, and manually pulling out ten swords from the corpse’s face. I really enjoyed the throwing gameplay – it’s slower and more methodical than playing a shooter, it has risks (you have to pick up the weapons and even have to track them down in the environment if you miss), and it has a beautiful chunkiness to the feel, especially when you land critical hits and the game goes all slo-mo while a zombie crumples and spurts blood.